cnnindonesia.com, “Toleransi Berbagi Air Wudu antara Masjid dan
Gereja Kendari", (2020).
Jakarta, CNN Indonesia -- Toleransi umat beragama di
Sulawesi Tenggara, khususnya di Kota Kendari, sejak puluhan tahun silam terus
terjalin hingga saat ini, terbukti dengan setiap ada bangunan masjid yang
berdiri di pinggir jalan, pasti ada bangunan gereja di samping atau di
hadapannnya.
Beberapa masjid dan gereja yang berdiri kokoh dibangun para
ulama dan tokoh masyarakat atas dukungan dan persetujuan pemerintah setempat
hingga kini masih tetap dipertahankan, dan membuktikan bahwa
terjaganya kerukunan umat beragama di Bumi Anoa.
Masjid Dawah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun di
Kelurahan Dapu-Dapura letaknya saling berdempetan.
Lalu Masjid Al Muqarabun dan Gereja Yesus Gembala di Jalan
Saranani yang saling berhadapan.
Masjid Akbar dan Gereja Imanuel di Benu-Benua hanya
dipisahkan satu ruas jalan.
Begitu juga dengan Majid Raya Al-Kautsar dan Gereja
Et-Labora Mandonga dan masih banyak lagi.
Sejumlah rumah ibadah tersebut dibangun sejak tahun 1950-an,
masih berdiri kokoh, bahkan terus direnovasi setiap tahunnya, seiring
bertambahnya jemaah melaksanakan ritual keagamaan sehari-hari.
"Meski bangunan masjid dan gereja hanya terpisah tembok
berjarak setengah meter, namun tidak menjadi halangan umat muslim maupun
nasrani, melaksanakan ritual ibadah sehari-hari," ungkap H Yusuf, pengurus
Masjid Dawah Wanita Kendari, seperti yang dikutip dari Antara pada Rabu
(29/4).
Menurut Yusuf, sejak kedua rumah ibadah itu didirikan,
kegiatan keagamaan jemaah masjid maupun gereja berjalan sebagaimana biasa
tanpa terbersit perasaan saling terganggu, baik di bulan suci umat
muslim atau nasrani, seperti Ramadhan atau Natal.
"Masyarakat Kendari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
toleransi, terutama dalam kegiatan ibadah. Meski hanya dipisahkan sekat
dinding, namun kerukunan dan saling menghargai dalam menjalankan ibadah, hingga
kini terus terpelihara," ujar Pimpinan jemaat Gereja Pantekosta Bukit
Zaitun Kendari, Pdt. David Agus Setiawan.
Simbol toleransi umat beragama di Kendari, dengan berdirinya
masjid dan gereja yang nyaris satu atap tersebut, juga diakui jemaah Masjid
Dawah Wanita, H. Hasan Made Ali.
"Saat itu, setiap kendala yang dihadapi dalam kegiatan
keagamaan, langsung teratasi, demi menciptakan suasana harmonis. Bahkan jika
kami kekurangan air untuk berwudu, pihak gereja dengan ikhlas menyediakan air
untuk wudu," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Sultra
Abdul Hamid terus berharap kepada seluruh masyarakat senantiasa mempertahankan
harmonisasi kerukunan umat beragama yang hingga kini masih terpelihara.